22
Jul
21

Pengalaman Keluarga Kami Menghadapi Badai Covid19

Qadarullah wamaa-syaa-a fa’ala
Akhir Juni kemarin saya sekeluarga positif covid 19. Saya sendiri gejalanya bertahap, dimulai dari

hari pertama : gatal tenggorokan

Hari kedua : meriang, panas dingin

Hari ketiga : batuk pilek, hidung mampet.

Hari keempat : hilang penciuman (pilek dan hidung mampet perlahan  menghilang, batuknya agak lama sekitar 2 minggu).

Hari kelima (kamis, 24 Juni 2021) saya dan suami swab PCR dan hasilnya positif. Dua hari selanjutnya kepala terasa berat, sakit kepala hebat.
Gejala saya mirip dengan paksu, tapi paksu batuk pileknya lebih sebentar.

Anak-anak lebih ringan, Zamzam sempat demam sehari, selanjutnya sehat.Alula demam sehari, kemudian batuk selama kurang lebih 5 hari. Anak-anak dan nin-nya Alula yg memang lagi di rumah, swab hari Jumat, 25 Juni dan hasilnya positif.
Alhamdulillah ‘alaa kuli haal. Kami semua berlima isoman di rumah selama 14 hari. 


29 Juni 2021 kami ke UGD di salah satu RS di Bintaro, kami berangkat setelah subuh agar tidak antri. Alhamdulillah hanya antri 1 pasien. Kami ke RS dengan tujuan ronsen dan cek darah terutama D-Dimer. Alhamdulillah hasil semuanya normal. D-Dimer adalah untuk mengecek apakah terjadi pembekuan darah atau tidak, karena ternyata fenomena pada penderita covid selain sesak napas adalah terjadinya pembekuan darah (yang jarang diketahui karena tidak dicek dan tidak dikontrol, tp akibatnya fatal).


Sementara itu selama kami sakit dan isoman, Masya Allah tabarakallah banyak sekali support yang kami dapatkan, dari keluarga, kantor, tetangga, sahabat2 dan teman2, baik yang sering bertemu maupun sudah lama tidak bertemu, baik yang rumahnya dekat maupun rumahnya jauh.Masya Allah tiap hari ada kiriman ke rumah, sembako, makanan siap santap, buah, kue, vitamin, madu dan banyak lagi. Sungguh terharu, kepedulian dari semuanya di saat seperti ini sangat membantu, rejeki besar mempunyai support system yang sigap menolong.Jazakumullah khairan katsria semuanya. Hanya kepada Allah kami memohon, semoga semuanya mendapat balasan yang lebih baik lagi dari Allah.

Hari jumat, 2 Juli 2021, dokter kami merekomendasikan untuk swab ulang, karena kemungkinan kami sudah negatif. Tapi kami masih deg2an. Jadi kami baru swab PCR kembali hari Selasa, 6 juli 2021 dan Alhamdulillah hasilnya sudah negatif.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

“Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya semua urusan menjadi baik”
Semoga semuanya sehat2. Stay safe.


Note : Kami swab PCR di RS Abdi Waluyo atas rekomendasi kantor. Drive thru, sehingga kami tidak perlu turun mobil sama sekali.

03
Aug
16

Dinas Luar Negeri Bagi Ibu Menyusui

Perjalanan Dinas? Mmm … No, thank you.

Yep, sejak melahirkan si kecil, saya sangat jarang melakukan perjalan dinas ke luar kota dengan alasan masih menyusui dan tidak tega meninggalkan si kecil di rumah. Apalagi karena saya tinggal di Tangsel sedangkan keluarga besar saya tinggal di Bandung dan keluarga besar suami tinggal di Semarang, sehingga khawatir jika harus meninggalkan anak. Kalaupun terpaksa harus dinas, biasanya saya bawa juga tuh si kecil, apalagi kalau dinasnya ke Bandung, sekalian main ke tempat Kakek Nenek-nya hehehe …

Sekitar awal bulan Juni lalu, saya ditelpon Bos, dan dengan mengagetkan ditanya, apa saya bersedia ikut ke Austria untuk training beserta 5 orang lainnya? Woww … tentunya excited banget, tapi tentunya saya gak bisa langsung mengiyakan karena harus tanya paksu dulu. Later on, Alhamdulillah paksu mengijinkan, dengan catatan nanti pas pergi mungkin akan “mengimpor” Eyang dari Semarang atau Nin dari Bandung.

Tapiiii … itu pun masih belum tahu jadi atau tidaknya keberangkatan ke Austria. Pengurusan surat dinas, paspor dll, ternyata makan waktu lama, jadi saya gak yakin bakalan jadi pergi, kecuali tiket sudah di tangan. Akhirnya semuanya baru pasti minus dua hari keberangkatan, saya baru menerima tiket dan paspor dinasnya.

Persiapan Pergi untuk si Kecil

Untuk si kecil sendiri, seminggu sebelum keberangkatan (padahal belum tahu juga jadi berangkat atau tidak), si kecil sudah saya latih minum UHT, karena stok ASIP tidak terlalu banyak (usia si kecil 16,5 bulan). Pertama, saya coba susu ultra mimi yang plain, ternyata gak mau. Saya coba juga susu pasteurisasi Diamond, ternyata gak mau juga. Saya coba susu kedelai, lebih gak mau. Kemudian saya coba UHT Greenfields, Alhamdulillah mau, dan tidak ada efek seperti susah pup atau m*ncr*t.

Selain itu, setiap sebelum bobo, saya selalu bisikin di telinganya, berulang-ulang “Mama mau pergi ya seminggu, nanti Dede gak nangis, gak cari nenen, kalau tidur ditemani Bapak dan ada Eyang juga, nanti kalau Mama pulang, dede boleh deh nenen lagi” … dan si kecil sepertinya mengerti karena dia menjawab iyaaa … iyaaa … hehehe …

Persiapan Pergi untuk Memerah ASI

Awalnya saya “mengikhlaskan” selama dinas di luar negeri saya akan membuang ASIP, tapi setelah dipikir-pikir kok sayang ya. Kemudian saya gugling, dan menemukan blog busui yang juga dinas ke luar negeri dan tetap memerah ASI. Akhirnya saya semangat. Blog tersebut benar-benar memberikan info yang mantap soal busui yang dinas ke luar negeri. Saya persiapkan semuanya, mengikuti saran dari blog itu. Tapi karena baru persiapan H-2 keberangkatan, persiapannya kurang maksimal. Saya bawa koper gede, setengahnya buat baju dan setengahnya buat peralatan tempur “ASIP”.

  1. Apron menyusui
  2. Cooler bag
  3. Plastic untuk ASIP (saya masih punya merk Natur sisa jaman pumping masih melimpah ruah).
  4. Aluminium foil
  5. Plastik Wrap
  6. Gunting
  7. Lakban
  8. Ice gel
  9. Pompa elektrik dan manual
  10. Print peraturan tsa (Transportation Security Administration)

Saya membawa semuanya di dalam koper, karena males ribet berurusan dengan security bandara untuk declare membawa ice gel dll. Tapi saya tetap membawa pompa ASI manual di tas ransel saya.

Selain itu, saya juga mengirim email ke hotel tempat saya menginap dan menanyakan apa bisa menitip ASIP saya di freezer mereka, dan hotelnya menanggapi dengan cepat dan membolehkan.

pompa elektrik unimom

Pompa elektrik unimom dan juga manualnya (tidak difoto), kado dari teman-teman tercinta, setia menemani selama dinas

Selama Perjalanan

Perjalanan dari Jakarta ke Doha memakan waktu sekitar 8 jam. Dengan waktu transit 4 jam, cukup bagi saya untuk melakukan pumping di Doha. Bandara tempat transitnya lumayan bagus, ada nursery room dan juga mushola terpisah. Akhirnya saya pumping di mushola setelah sholat subuh daripada harus pindah tempat ke nursery room. Mushola juga cukup sepi, sehingga tidak mengganggu orang lain. Saat itu pumping 150 mL (tidak maksimal) karena saya gak tenang dan hasilnya saya buang (sedih banget) karena memang tidak membawa ice gel untuk ke kabin. Setelah itu lanjut pesawat ke Vienna selama 5 jam.

Setelah Tiba di Tujuan

Tiba di Vienna, saya masih harus melakukan perjalanan darat ke Graz selama 2,5 jam. Saat itu, sudah terasa PD agak bengkak. Sampai di Graz, 24 juli sore hari waktu setempat. Setelah check in, saya langsung pumping. Setelah pumping, saya menitipkan semuanya (termasuk ice gel) ke tempat hotel untuk disimpan di freezer. Saya tulis nama, nomor kamar dan keterangan untuk disimpan di Freezer. Untuk selanjutnya, saya pumping dua kali sehari  setiap pagi sebelum berangkat kursus antara jam 5-6 pagi dan sore hari pulang kursus antara jam 5-6 sore.

Setiap hari saya juga skype dengan si kecil. Skype pertama, yang nangis bukan si kecil, tapi emaknya hiks … sedih rasanya. Skype berikutnya kadang setelah lunch (yang berarti setelah maghrib di Jakarta) atau setelah kursus (biasanya si kecil terbangun jam 12 malam). Saat malam pertama ditinggal, info dari paksu, si kecil nangis dari jam 3-5 pagi. Hari berikutnya agak gelisah tapi bisa tidur gak sampe bangun nangis. Lucunya setiap skype, dia akan pindah tempat ke belakang HP/laptop nyari Mamanya, dia liat Mamanya di layar jadi dia pikir Mamanya ada di belakang situ hehehe …

Hari jumat, 29 juli, saya berpindah tempat dari Graz ke Vienna. Pagi hari sekitar pukul 6 saya minta semua ASIP dan ice gel saya dikeluarkan dari freezer ke resepsionis hotel. Lalu saya masukan ke cooler bag. Perjalanan dari Graz ke Vienna sekitar 2.5 jam dengan kereta api. Sampai hotel di Vienna pukul 10.30 pagi, ASIP masih beku, saya titip ke resepsionis untuk disimpan di freezer karena baru bisa check in pukul 3 sore. Kemudian lanjut ke tempat meeting sekitar 30 menit dari hotel.

tiba wien

Tiba di Vienna dengan setia membawa cooler bag berisi ASIP

Di Vienna masih sempat dua kali pumping dan langsung dititip juga di freezer. Jadi total dapat ASIP adalah sekitar 1,390 mL (1,540 mL kalau ditambah dengan 150 mL yang dibuang pas transit).

Hari terakhir di Vienna adalah sabtu, 30 Juli. Pagi-pagi setelah pumping, plastik ASIP dititipkan ke freezer hotel. Kemudian check out hotel tapi tas masih dititipkan karena pesawat kembali ke Jakarta pukul 19.05 waktu setempat. Seharian jalan-jalan dan kembali ke hotel berniat untuk packing ASIP.

Naahhh saat itu lah agak terjadi disaster. Saya minta tolong ke resepsionis untuk mengambilkan barang-barang yang saya titip di freezer. Namun, resepsionis hanya mengeluarkan satu kantong putih. Saya bilang kalau saya menitipkan satu set lagi dalam “white plastic bag” alias kresek putih. Dia bilang gak ada, trus lumayan lama cari-cari. Setelah bbrp saat, sepertinya pegawai kitchen menyerahkan satu kresek putih itu. Dan alangkah shock-nya saya karena kresek itu disimpan di fridge bukan freezer. Hiks nangis darah deh. Alhasil, semua ASIP sudah mencair dan ice gel-nya pun mencair karena sudah dua hari di fridge. Haduuhh sedih banget, otomatis ASIP beku itu sudah cair lebih dari 24 jam, tapi saya gak tega buangnya. Saya tetep packing dan bawa ke bandara untuk masuk kabin (gak masuk bagasi, karena harus packing ulang). Niatnya kalaupun nanti harus dibuang, biarlah mbak-nya yang buang, saya gak tega buang ASIP yang hampir 1 liter itu. (yang masih beku adalah yang terakhir masuk freezer hasil pumping di Vienna).

Melewati Security Check di Bandara Vienna

Sebenarnya agak deg-degan juga sih bawa ASIP ke kabin, karena peraturan tsa yang baru hanya mencantumkan “traveling with children”. Ketika security check di bandara Vienna, saya jelaskan saya bawa ASIP dan menunjukkan aturan tsa itu.

gabag

cooler bag yang dibawa ke kabin, berisi 1.390 mL ASIP dan 4 ice gel (cooler bag ini juga kado dari teman tercinta)

Me : Hi, I bring breast milk and ice gel in this cooler bag (sambil menunjukkan aturan tsa yang sudah diprint)

Tsa officer (laki-laki) : Yes, but where is your child?

Me : at home. Sambil jelasin bla bla bla

Tsa officer : But Mam, you can’t bring it to the cabin if you are not traveling with your child.

Lalu ada seorang tsa officer perempuan yang menghampiri dan bertanya-tanya sementara yang laki-laki memanggil supervisornya (Alhamdulillah ternyata perempuan). Jadi ketika dijelaskan dia mengerti dan melihat ASIP yang ada di cooler bag. Yang dia lihat hanya di bagian atas, disana yang ada hanya yang volume 90 mL, 60 mL dan 140 mL yang masih agak beku (hasil pompa terakhir), jadi tsa supervisor itu mengizinkan dengan alasan volumenya tidak mencapai 100 mL dan yang lebih dari 100 mL masih beku. Padahal yang cooler bag bagian bawahnya banyak yang volumenya sekitar 120 mL. Alhamdulillah lolos.  Tapi dia tidak menjamin akan lolos pemeriksaan tsa ketika transit di Doha.

Long story goes short …

Ternyata di tempat transit di Doha sama sekali gak masalah (bahkan gak ditanya walaupun saya menginfokan ke mereka) karena mungkin dianggap ini transit dan sudah diperiksa di bandara awal. Apalagi transit di Doha hanya 1 jam sehingga sangat terburu-buru, Alhamdulillah tidak diribetkan dengan tsa yang tanya-tanya ASIP.

Ketika tiba di Jakarta, sudah dijemput si kecil yang sudah teriak Mama … Mama … (aahhh senangnya Mama bisa meluk kamu lagi De). Setelah masuk mobil, si kecil langsung bilang nenen … ternyata dia gak lupa hahaha …

Sampai rumah,semua ASIP langsung saya masukkan kulkas. Esoknya senin langsung ngantor, dan betul saja, hanya 140 mL itu yang masih layak diminum sedangkan sisanya 1 liter lebih dibuang mbak-nya (saya mah gak tega buangnya).

Jadi tipsnya ya ibu-ibu:

  1. Pastikan pihak hotel mengerti benar kalau yang dimaksud adalah FREEZER bukan FRIDGE.
  2. Dalam kantung ASIP lebih baik tidak diisi lebih dari 100 mL walaupun kapasitas kantong ASIP bisa sampai 150 mL.
  3. Lebih baik ASIP masuk bagasi daripada repot dan ribet ditanya-tanya pihak tsa di bandara.
  4. Ternyata tidak dibutuhkan surat keterangan dokter untuk membawa ASIP.

 

Note:

Ingat, perkataan adalah doa. Sejak awal niatnya mau membuang hasil pumping selama dinas karena males ribet, sampai akhirnya semangat setelah browsing blog busui lainnya yang dinas luar negeri. Ternyata walaupun sudah berusaha, ASIP tetap terbuang dan hanya tersisa 140 mL yang bisa diminum. Hiks … jadi merasa bersalah sudah berniat membuat hasil pumping sebelum berusaha 😥

01
Aug
16

Blog Update

Wowww …. it’s been a while since my last time blog update.

Now, I’m a mother of 16 months old (almost 17 months old) beautiful daughter. Ok, I’ll update a story one at a time starting from now on.

IMG_5932

Bapak, Mama, Alula (Semarang, Juli 2016, sebelum berangkat Sholat Ied 1437H).

08
May
14

Berburu Beasiswa

Waaa sudah lama sekali blog ini tidak diisi, terakhir nulis saat masih jadi student di Adelaide. Sekarang sudah menjalani kehidupan normal sebagai pekerja di salah satu sudut kota Jakarta yang semakin hiruk pikuk setiap harinya. Hari ini sedang terbersit keinginan menulis tentang beasiswa karena banyak dan seringnya mendapat pertanyaan “Bagaimana caranya bisa sekolah di luar negeri?” atau “Bagaimana caranya bisa mendapat beasiswa?”. Sebetulnya jawabannya mudah, cukup satu kata “Daftar”. Yaaa kalau tidak mendaftar, bagaimana bisa mendapatkan beasiswa. Tapi lagi-lagi, ada pertanyaan “Bagaimana caranya mendaftar?” *menghela nafas

Sebenarnya, jika kita punya keinginan hal itu akan sangat mudah. Alhamdulillah saya pernah mendapat beasiswa ADS (Australian Development Scholarship) untuk Master di Adelaide (sekarang nama beasiswa-nya Australian Award) dan juga pernah mendapat beasiswa NFP (Netherlands Fellowship Program) untuk short course selama dua bulan di Belanda.

Jadi, mari kita susun langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh:

1. Tetapkan niat ingin mendaftar kemana. Banyak beasiswa yang ditawarkan, mulai dari Australia, New Zealand, Eropa, Asia (Jepang, Singapura), Amerika Serikat, atau bahkan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Kita harus fokus ingin daftar yang mana, karena jika ingin daftar semuanya dan akhirnya gak fokus malah kebablasan. Saya sendiri waktu itu untuk beasiswa master, daftar ADS dan DAAD (beasiswa pemerintah Jerman), dan Alhamdulillah lulus untuk ADS.

2. Jika sudah fokus ingin mendapatkan beasiswa yang mana, lihat dan cermati dengan teliti persyaratan beasiswa tersebut. Kemudian download application form-nya dan isi form tersebut. Jawab pertanyaan pada form dengan sebenar-benarnya, kemudian antara pertanyaan dan jawaban harus nyambung, jangan sampe ditanya A kemudian dijawab Z. Sebaiknya konsultasikan jawaban yang sudah ditulis dengan orang yang pernah mendapat beasiswa tersebut. Tapi jangan sampe maksa ya ketika mau konsultasi, coba diminta tolong baik-baik, pasti pada mau kok mengoreksi application form-nya. Harap diingat setiap orang mempunyai kesibukan berbeda-beda.

3. Persiapkan persyaratan beasiswa tersebut. Misal untuk Australian Award, persyaratan sbb:

 Complete documentation required in your application:

  • Birth certificate
  • KTP
  • Curriculum Vitae
  • IELTS or TOEFL English language test results* obtained no earlier than 2013 (Original)
  • Certified University Certificate (Ijazah)
  • Certified University Academic Transcript (Transkrip Nilai)
  • Masters applicants must include S1 university documentation;
  • PhD applicants must include S2 university documentation;
  • PhD applicants must include a reference from an S2 supervisor;
  • PhD applicants must include Research Proposal Details

*TOEFL Prediction Test is not acceptable and submission of this test will make your application INELIGIBLE

Additional documentation required if shortlisted for an interview:

  • Recent photograph (3cm x 4cm);
  • Certified English language translation of Indonesian university certificate (ijazah);
  • Certified English language translation of Indonesian university academic transcript (transkrip nilai);
  • List of relevant publications (if applicable);
  • Certified English language translation of birth certificate.

Sumber : http://australiaawardsindo.or.id/index.php/en/applicants/required-documentation

Note: Saat ini pendaftaran untuk Australian Award sedang dibuka sampai 18 Juli 2014 (http://australiaawardsindo.or.id/).

Karena biasanya persyaratan tersebut cukup ribet, sebaiknya disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Misal untuk kemampuan bahasa inggris, sebaiknya hasil tes IELTS atau TOEFL sudah disiapkan (ingat ya, bukan prediksi TOEFL karena tidak akan diterima).

4. Baca kembali semua form yang sudah diisi (jangan sampai ada salah tulis) dan teliti kembali semua persyaratan, apa ada yang terlewat atau tidak.

5. Siap untuk submit beasiswa, ingat deadline-nya, jika deadline tanggal 18 Juli, jangan submit tanggal 19 Juli yaa (jelas-jelas tidak akan diterima).

6. Jangan lupa minta restu sama orang tua dan juga berdoa semoga mendapat yang terbaik.

 

Usaha mendapatkan beasiswa bukan hal mudah atau murah, namun semua orang bisa mendapatkannya asal punya kemauan yang keras. Lalu, mengapa saya tulis, mendapatkan beasiswa bukan hal yang murah? Karena memang dibutuhkan biaya yang cukup lumayan, misalnya untuk menerjemahkan dokumen (akte kelahiran, ijazah dll), lalu untuk tes bahasa inggris (biaya tes IELTS bisa mencapai hampir 2 juta rupiah). Tapi jangan sampai hal itu menyurutkan keinginan untuk sekolah lagi, dengan segala usaha, in sha Allah semuanya bisa dilewati dengan mudah dan mendapatkan hasil yang sepadan.

Selamat berburu beasiswa!

 

14
Dec
11

Auckland … Part 1

New Zealand …

For me, this country means the Lord of the Rings since the trilogy was filmed there. It was just like an outrages adventure. My friend and I booked the ticket not more than 2 months earlier, applied for the visa and then almost forget about it due to assignment and exam period! So, there we go!

Nov 22nd, 2011 was our departure date. Qantas took us to Melbourne and then Auckland. Touch down in the biggest city in NZ in the afternoon, it reminded us of Adelaide. The city with about 1.3 million population was very quiet and beautiful. But it was also a cold spring for us who landed from sunny Adelaide.

We headed to Weymouth, almost 20km from Auckland CBD, to meet my CS friend and spent 4 nights there. At the same time, there was a couple from French who spent 2 nights there as well. Thus, they got a room while we got a lounge. Not bad at all.

The next morning, we traveled to the city. The bus/train fare is quite expensive there. It’s based on stages; each stage is approx. 5 km. So, we bought a daily ticket for NZD 15. The ticket was valid for bus, train and ferry to Davenport (or Devonport … yaaa whatever lah!).

We catch the bus from Britomart Train Station to our first destination. It was the famous Mission Bay. I had no idea what is it famous for. Compare to Glenelg in Adelaide Suburban, I love Glenelg more. But hey, it was an adventure. We walked along the beach for a while. FYI, there is a café named Mecca in Mission Bay. Then, we walked up hill to see the Mission Bay neighborhood. Wow, this area is such a great place to live. Those houses were nice, the surrounding was quiet, and the view was spectacular. After enjoying those luxury houses, we walked down the hill. Following an NZ friend suggestion, we bought ‘Movenpick’ ice cream. Delicious ice cream and the bay view were absolutely brilliant idea to enjoy a chilly-sunny afternoon.

We got back to the city to catch a ferry to Davenport. It was 15 minutes sailing before we reached another quiet but beautiful area, Davenport. From here, we could see Auckland downtown and its skyscrapers including the Sky City Tower which is the highest building in the southern hemisphere. Just don’t forget to visit a chocolate factory here. When we walked in the shop, the smell of chocolate was a temptation for our empty stomach. We got one small bar of free chocolate. We didn’t buy anything, so we just hanging around another part of Davenport. In contrast to Adelaide where mostly the road is flat, here almost everything is hilly. So, it was exhausted to go around the city by foot.

Auckland … A view from Davenport!

Continue reading ‘Auckland … Part 1’

02
Mar
11

Michael Buble

Diawali dari ini 23 Maret 2009

Terus ke sini 19 Februari 2010

Sampe dapet info ini 2 Juni 2010 lihat point 4

Dan membeli tiket untuk konsernya tanggal 26 Juli 2010 (8 bulan sebelum konsernya tiket udah sold out).

Perjalanan panjang dan akhirnya berhasil nonton live concert Michael Buble di Adelaide Entertainment Center (AEC) 1 Maret 2011. Michael Buble … a great singer … world class entertainer … woww … what a wonderful night. I love Michael Buble 🙂

Tiketnya

Tiba di AEC, turun dari tram nyebrang ke arah kiri, yep there is AEC.

 

Maksa moto padahal jaraknya jauh, hasilnya kaya gini … pas lagu Me and Mrs. Jones

23
Feb
11

My Top Ten Movies

I realize that I like watching movies although I’m not a huge moviegoers 😀
Thus, I tried to make a list of my fave movies of all time. Actually it’s not really 10 movies since there are some trilogies on the list. And apparently, I can’t decide which movie in which number, except for top three. (I’m quite sure for the top three!)

Here there are:
1. To Kill A Mockingbird (1962) – the best 😀 – a film based on Harper Lee’s book
2. The Lord of the Ring (trilogy) – based on JRR Tolkien’s book.
3. Star Wars saga (especially Star Wars IV: A New Hope and Star Wars III: Revenge of the Sith)
4. You’ve Got Mail – I want to have a bookshop around the corner because of watching this movie.
5. Kill Bill vol. 1 and 2 – a lil’ bit cruel but I like it
6. The Sixth Sense – woww .. do not watch this movie alone!
7. The Bourne trilogy and The Godfather – tied – hmmm … maybe it should be placed in number 5.
8. The Shawshank Redemption and Dead Poets Society.
9. Sabrina (Harrison Ford’s version) not Audrey Hepburn’s version (1954)
I’ve watched both of the movies and I think Ford’s version is better 😀
10. The Bucket List and August Rush
If you love traveling, The Bucket List is a must see movie. About August Rush, some people maybe won’t put this movie as their top ten, but for me this is worth to be placed in my top ten list.

See, the list is more than ten 😀 Maybe there are some movies that I forget. So, the list will get longer and longer 😀

Two pictures below are taken from “To Kill A Mockingbird”.




Welcome to Laisya : A New Hope

This is a blog about my journey, my story, and my "curhat". "Laisya : A New Hope" is inspired by "Star Wars IV : A New Hope". (I love Star Wars Saga :D). This is my new blog to replace "Laisya and Her World". Well, actually I made this blog long time ago, before I made "Laisya and Her World". However, for certain reason, I have to leave "Laisya and Her World" and start this new (but old) blog :)

More about me??

Now, I live in Jakarta but I'll always love Bandung as my hometown. I used to live in Adelaide, South Australia for two years due to my study (master degree). I like reading, swimming, watching movies, and travelling. I have a dream to visit all interesting places in this planet. I hope my dream will come true someday. Am I a dreamer? Maybe, but why not?? Sometimes I envy TV reporters whom travel around the world for free, and they were paid. Gee, that is a Dream Job! :D Daydream? Yeaah, whatever lah :P.

Too many "dream" words here, maybe I actually should put "Laisya and Her Dream" as a blog title :D.

Enjoy your day!

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Blog Stats

  • 6,597 hits